Beberapa wisatawan dan calon pembeli, berkerumun menonton dan memotret proses pembuatan serabi Solo, di tengah aroma serabi yang begitu khas. Begitulah pemandangan khas di sentra pembuatan dan penjualan kue serabi Solo di kawasan Jalan Moh Yamin, Notosuman, Solo. Salah satu penjual serabi, Rukmanto menyebut, display pembuatan serabi itu dimulai, setelah mendapat masukan dari Dinas Pariwisata Kota Solo agar pengunjung yang dari luar kota Solo dapat lebih mengenal lagi tentang apa dan bagaimana kue serabi khas Solo dibuat.
"Selain itu, pihak Dinas Kesehatan Kota Solo juga memberi masukan agar pembuatan kue serabi dapat higienis memenuhi standar kesehatan," ujar Rukmanto suami dari Lidia, yang merupakan keturunan generasi ketiga dari pendiri "Serabi Notosuman" Hoo Geng Hok yang pertama kali memproduksi kue serabi tahun 1920-an.
Jaga Resep
Menurut Rukmanto, pihaknya masih menjaga resep pusaka pembuatan serabi yang gurih, manis dan empuk warisan dari kakek-nenek buyut mereka Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan.
"Sebenarnya banyak orang bisa membuat serabi Solo yang bahan bakunya beras, gula cair dan santan. Namun serabi Notosuman memiliki resep bahan bakunya harus berkualitas seperti beras misalnya menggunakan beras Cendani yang ditumbuk sendiri, santan kental dari bahan kelapa terpilih juga tanpa bahan kimia untuk pengawet. Cita rasa pun juga tetap dijaga. Meski di cabang luar kota Solo harus bercita rasa gurih, asin, manis dan empuk," papar Rukmanto.
Selain itu adonan tepung beras, gula cair serta santan kental matang tidak langsung dituang ke dalam wajan penggorengan serabi, namun menunggu 12 jam dilakukan fermentasi terlebih dahulu. Ditambahkan oleh Rukmanto, serabi Notosuman dari dulu berdiri hingga kini hanya memiliki dua rasa, putih polos dan coklat. Beda serabi polos dan coklat terletak pada coklat meisis yang ditabur di atas serabi. Untuk serabi polos Rp 2.000/biji, serabi coklat Rp 2.200/biji. "Serabi Notosuman memang sengaja tidak mencampurkan bahan tambahan seperti buah nangka, hal ini agar serabi Notosuman dapat lebih awet hingga 12 jam. Bahkan 24 jam dengan dikemas model serabi gulung," ujarnya.
Dikatakan, pihaknya sering mendapat pesanan luar kota bahkan luar negeri, namun karena pertimbangan tetap menjaga rasa dan kualitas kue tidak menggunakan bahan pengawet, pesanan dari luar kota disarankan di cabang serabi Notosuman yang terdekat. "Kalau di luar negeri misalnya Malaysia pesanan biasanya diambil sendiri kemudian dimasukkan di termos sampai di tempat dimasukkan oven sekitar satu menit baru disajikan," ujar Rukmanto seraya mengatakan langganannya dari berbagai lapisan.
"Saat zaman Pak Harto kami sekeluarga dengan pegawai diundang ke Cendana untuk membuat suguhan kue serabi untuk disajikan pada sebuah acara peresmian embarkasi haji di Boyolali, minta dibuatkan kue serabi untuk para tamu hingga 8.000 biji, kami lembur bersama cabang-cabang lainnya untuk memenuhi pesanan itu," ujar Rukmanto.