SENSASI BELUT CABAI IJO

Belut, sekilas memberikan kesan sebagai hewan yang unik karena berlendir dan licin. Namun apabila diolah dengan benar, maka belut akan menjadi makanan yan lezat dan mengenyangkan.
Seperti dilakukan olah Warung Bebek Wek-Wek, ya meski memiliki nama warung bebek, namun oleh sang pemiliknya membuat terobosan dengan menyajikan variasi menu diantaranya berbahan baku belut. Santapan khas ini, bisa ditemukan di kelurahan Jetis, Sukoharjo atau sebelah barat SMAN 1 Sukoharjo. Pemilik Warung Bebek Wek-Wek, Aris Yuwono, mengaku terinspirasi membuat Warung Bebek Wek-Wek dari masakan ibunya, Ny Sis. Setiap masakan yang disajikan ibunya untuk keluarga, selalu disantap habis karena enak. Tetangga sekitar pun mengakui kelezatan masakan Ny Sis saat ada pertemuan, bahkan beberapa di antaranya ada yang minta resep. "Andalan ibu saya dulu itu, oseng-oseng daun pepaya, semua mengakui masakan kalau memasak oseng-oseng daun pepaya rasanya beda dari yang lain dan lebih enak," ujar Aris.
Masakan ibunda Aris semakin banyak penggemar, hingga akhirnya beberapa anggota keluarga memiliki ide membuka warung. Berbekal resep dari sang ibu, Aris belajar memasak. Tidak sekaligus jadi menu yang sekarang ini dijual. Prosesnya cukup panjang, mulai dari mengumpulkan resep masakan dari majalah dan mencobanya berkali-kali, hingga ketemu yang dirasa cocok dengan lidah pecinta kuliner.
Aris membuka Warung Bebek Wek-Wek untuk pertama kalinya, pada 11 Januari 2010 di halaman depan rumahnya. Halaman yang cukup luas, difungsikan sebagai tempat parkir. Bagian yang mepet trotoar dibuat warung. Tak butuh waktu lama, warung Aris ramai penggemar kuliner. Dan yang paling digemari adalah belut masak cabai ijo. "Karena memang yang dijual masakan khas kampung seperti belut, ditambah lagi masakan ini jarang atau bahkan belum ada warung yang khusus menyediakannya di Sukoharjo," lanjutnya. Dalam satu hari, warung Aris yang buka mulai pukul 09.00 - 21.00 mampu menghabiskan 6 hingga 7 kg belut. Semestara, untuk bebek bisa 10 sampai 15 kg. Aris mendapat pasokan belut dari penjual belut yang biasa mangkal di pinggir jalan Sukoharjo-Wonogiri. Bahkan kalau pesan tambahan belut, penjualnya yang akan mengantar sendiori ke warung. Semakin banyaknya penggemar Warung Bebek Wek-Wek, membuat ada pihak yang menyarankan Aris Yuwono untuk membuka cabang.
Cabang pertama, dibuka di pasar Cuplik, Sukoharjo. Warung ini pun ramai pembeli, tetapi masalah datang kemudian. Aris tidak bisa menangani 2 warung sekaligus seorang diri, ketika fokus pada salah satu warung yang lain pelayanannya kacau hingga akhirnya dia harus memilih. "Warung yang di pasar Cuplik, saya tutup karena tidak ada orang yang bisa diserahi memasak sama seperti di sini," lanjutnya.
Tawaran untuk membuka jajaring waralaba juga sempat datang dari beberapa pelanggan yang kebetulan tertarik mengembangkan usaha sejenis di kota Solo, tetapi Aris menolaknya. Dirinya punya standar usaha sendiri, yang kadang tidak bisa dipenuhi oleh rekanan. Menurutnya, tidak mudah untuk membuka cabang bila tidak ada fasilitas yang mendukung. "Warung idealnya sesuai pikiran saya itu, tempatnya harus ada tempat parkir, kalau tidak kan sudah tidak nyaman gimana pembeli mau datang. Semetara fokus disini dulu, tempat parkirmya luas dan ada tempat untuk lesehannya juga," lanjutnya.
Warung Bebek Wek-Wek, juga melayani pesan antar untuk pelanggan yang tinggal di sekitar Sukoharjo. Pegawai kantor di sekitar warung, biasa pesan melalui pesan singkat untuk sekedar makan siang atau lembur. "Pesanan sedikit atau banyak, tetap kami layani dengan baik," lanjutnya.
Salah satu pelanggan belut cabe ijo Warung Bebek Wek-Wek, Farid mengaku menggemari masakan Aris terutama masakan cabai hijaunya. Meski berbumbu cabai, tetapi rasa pedasnya pas, bahkan untuk pecinta kuliner yang tidak terlau suka masakan pedas. Harga makanannya juga relatif terjangkau. Satu porsi masakan paling mahal di warung ini hanya Rp. 18.000,-. "Rasanya gurih dan yang penting tidak berat di kantong alias mahal," ujar Farid.


GUDEG WIJILAN DALAM KALENG

Gudeg, makan khas Yogya yang sangat populer dengan cita rasa khasnya. Tak heran, ada yang menyebut, bila berkunjung ke Yogya belum afdhol rasanya bila belum menyantap gudeg. Dari pagi, siang hingga malam, sajian gudeg bertebaran di penjuru Jogja, baik gudeg basah yang masih ada kuah kentalnya maupun gudeg kering yang cukup tahan lama.
Kawasan Jalan Wijilan Yogyakarta, merupakan kawasan kuliner gudeg khas Jogja. Di kawasan ini, banyak berjejer warung gudeg yang menyajikan gudeg dalam berbagai varian. Salah satunya, adalah warung nasi gudeg Wijilan "Bu Lies" di Jalan Wijilan No. 5 Yogya.
Kini, para penggemar gudeg yang jauh dari Yogya, maupun yang ingin membawakan oleh-oleh gudeg bagi kerabat atau sahabat di negeri orang, tidak perlu pusing lagi. Ini karena warung nasi gudeg "Bu Lies" telah membuat inovasi baru yaitu berupa gudeg yang dikemas dalam kaleng. Gudeg dalam kemasan kaleng ini, bisa tahan hingga satu tahun. Isinya, gudeg, tahu dan tempe.
Pemilik warung gudeg Wijilan "Bu Lies", Ny Elis Dyah Dharmawati, varian menu gudeg selain kemasan kaleng, juga sajian nasi gudeg kendil, nasi gudeg krecek komplit spesial dada sayap, paha, telur, rempelo ati, tahu tempe dan nasi gudeg dos kotak.
Selama ini, untuk nasi gudeg kemasan kaleng diminati pengunjung luar daerah dan wisatawan mancanegara yang sedang berkunjung di Yogya. "Sedangkan, rasa gudeg, dibikin tak terlalu manis, lebih cenderung gurih dengan bumbu alami tanpa micin, bahan pengawet. Proses memasaknya juga secara tradisional dengan menggunakan bahan bakar kayu dan arang," papar Elis, sambil menambahkan usaha jualan nasi gudeg dirintis sejak tahun 1993 lalu.
Dia menambahkan, usaha nasi gudeg yang diawali di Jalan Wijilan kini telah membuka cabang di sejumlah tempat, diantaranya di Jalan Gamelan, Malioboro Mall Yogyakarta, XT Square. Kini, gudeg Wijilan "Bu Lies" membuka cabang bekerja sama dengan Hindarto, pemilik warung gule kepala ikan "Mas Agus" di Jalan Solo Km 9, Maguwoharjo dan kawasan Babarsari mulai Februari 2013.
"Dalam satu hari usaha kami di berbagai cabang, rata-rata menghabiskan gori 1 kuintal, 100 ekor ayam kampung, 1.000 telur bebek. Selama ini pengunjung gayeng ketika musim liburan sekolah, liburan panjang, tahun baru banyak pengunjung wisatawan Nusantara dan mancanegara," cerita Ny Elis.